PEMELIHARAAN TANAMAN KARET (Havea brasiliensis Muell
arg)
DI PTP NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BLIMBING
KECAMATAN
KARANGANYAR
KABUPATEN
PEKALONGAN
Oleh :
GALIH
PURWANTO
1007060411
LAPORAN PRATEK KERJA LAPANGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Pada Program Strata Satu Fakultas Pertanian
Universitas Pekalongan
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
PEKALONGAN
PEKALONGAN
2013
PEMELIHARAAN TANAMAN KARET (Havea brasiliensis Muell arg)
DI PTP NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BLIMBING
KECAMATAN KARANGANYAR
KABUPATEN PEKALONGAN
Oleh :
GALIH PURWANTO
1007060411
Laporan
Praktek Kerja Lapangan
telah disetujui dan disahkan
tanggal :.....................
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyusun laporan Praktek Kerja Lapangan
yang berjudul “Pemeliharaan Tanaman Karet
di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Pekalongan”
Dalam penyusunan laporan Praktek Kerja
Lapangan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu pada kesempatan
ini, penulis mengucap terima kasih kepada :
1.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan, yang telah berkenan
memberikan ijin untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
2.
Ir. Pudjiati Syarif., MP selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan.
3.
Direksi PTP Nusantara IX (Persero) yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Kebun Blimbing.
4.
Administratur PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing Afdeling Buwaran
yang telah memberikan tempat dan waktu untuk penulis melakukan Praktek Kerja
Lapangan.
5.
Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan.
6.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Praktek Kerja
Lapangan ini.
Demikian laporan Praktek Kerja Lapangan ini disusun, semoga dapat bermanfaat. Kritik
dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan penulisan berikutnya.
Pekalongan, Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR
TABEL.......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................................ 1
1.2 Perumusan masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan praktek kerja lapangan........................................................................ 2
1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Karet.............................................................................. 4
2.2 Morfologi Tanaman Karet.............................................................................. 4
2.3 Syarat Tumbuh................................................................................................ 6
2.4 Pemeliharaan Tanaman Karet......................................................................... 8
BAB III
METODE PRAKTEK KERJA
3.1 Tempat dan waktu Praktek Kerja Lapangan................................................ 19
3.2 Metode Praktek Kerja Lapangan.................................................................. 19
3.3 Kegiatan Yang Dilaksanakan....................................................................... 19
3.4 Jadwal Kegiatan........................................................................................... 20
3.5 Daftar
Pertanyaan....................................................................................... 20
BAB IV HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN
4.1 Keadaan Umum ........................................................................................... 21
4.2 Keadaan Tanaman........................................................................................ 22
4.3 Pemeliharaan Tanaman Karet....................................................................... 23
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 39
6.2 Saran........................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 40
LAMPIRAN .................................................................................................. 41
DAFTAR
TABEL
No. Uraian Hal.
1. Jadwal Kegiatan Prraktek Kerja Lapangan ......................................... 20
2. Sejarah Singkat PTPN IX (Persero)
Kebun Blimbing ......................... 21
3. Tipe Iklim menurut Schmidt-Ferguson,
Jenis Tanah dan Kesuburan... 22
4. Luas Petanaman Karet Berdasar
Komposisi Umur.............................. 22
5. Komposisi Klon Karet PTPN IX (Persero)
Kebun Buwaran............... 23
6. Standar Perkembangan Lilit
Batang Pada Tiap TBM.......................... 29
7. Daftar Hama Tanaman Karet PTPN
IX (Persero) Kebun Blimbing / Buwaran 30
8.
Sifat-Sifat Klon Yang Peka Dan Tahan Terhadap
Penyakit Embun Tepung 32
DAFTAR LAMPIRAN
No. Uraian Hal.
1.
Foto kegiatan Praktek Kerja Lapangan................................................ 41
2.
Peta Tahun Tanam PTP Nusantara IX (PERSERO) Kebun Blimbing. 44
3.
Ikhtisar Keadaan Kebun Entres PTP Nusantara IX (PERSERO) Kebun Blimbing 45
4.
Proyeksi tata guna kulit SS TAPPING PANEL.................................. 46
5.
Surat Keterangan Telah Selesai Praktek Kerja Lapangan..................... 47
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah karet (Hevea brasiliensis Muell arg)
bermula ketika Christopher Columbus menemukan benua Amerika pada tahun
1476. Saat itu, Columbus tercengang melihat orang – orang Indian bermain bola
dengan menggunakan suatu bahan yang dapat memantul bila dijatuhkan ke tanah.
Bola tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput yang dicampur dengan
suatu bahan (lateks) kemudian dipanaskan diatas unggun dan dibulatkan seperti
bola. Pada tahun 1731, para ilmuwan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan
tersebut. Seorang ahli dari Perancis bernama fresnau melaporkan bahwa banyak
tanaman yang dapat menghasilkan lateks atau karet, diantaranya dari jenis Hevea brasiliensis yang tumbuh di hutan
Amazon di Brazil. Saat ini tanaman tersebut menjadi tanaman penghasil karet
utama, dan sudah dibudidayakan di Asia Tenggara yang menjadi penghasil karet
utama di dunia saat ini.
Perhatian terhadap karet bertambah
meningkat setelah PRIESTLY, seorang ahli fisika/kimia Inggris, pada tahun 1770
menemukan bahwa karet dapat digunakan untuk menghapus tulisan dari grafit,
sehingga orang Inggris menunjuki karet dengan sebutan “rubber”.
Perkembangan karet dan industri karet dewasa ini luar biasa.
Masyarakat modern sekalipun tidak dapat berjalan tanpa karet. Komoditi ini
ditemukan oleh orang Eropa pada abad ke-19 industri karet mulai menggunakan
cara manufaktural (lewat pabrik) dan peralatan yang sederhana. Industri karet
ini merupakan salah satu industri paling rumit atau canggih dalam abad modern dan merupakan suatu bagian yang
diperlukan masyarakat.
Komoditi karet akan tetap memegang
peranan penting bagi sosial ekonomi Negara Indonesia, karena porsi kuantum
produksi yang besar dan selalu meningkat dengan sekitar 4 – 5 % per tahun.
Perkebunan karet dalam bentuk karet rakyat yang baik juga dapat merupakan
andalan bagi peningkatan pendapatan per kapita, mengurangi kesenjangan ekonomi
pengusaha dan pemberian lapangan kerja bagi petani pekebun.
Tanaman karet merupakan tanaman daerah
beriklim tropis. Daerah yang cocok untuk ditanami karet ialah pada zona antara
15o LS dan 15o LU. Bila ditanam di luar daerah tersebut
maka pertumbuhannya agak lambat sehingga produksinya pun akan rendah. Tanaman
karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian 200 meter di atas
permukaan laut. Makin tinggi letak atau tempat, maka pertumbuhannya akan
semakin lambat, dan latek yang dihasilkan akan lebih rendah. Ketinggian yang
mencapai 600 meter di atas permukaan laut kurang baik untuk tanaman karet.
Tanaman karet dapat tumbuh diberbagai
jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis muda ataupun vulkanis tua, alluvial
dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah vulkanis umumnya memiliki sifat-sifat
fisik yang cukup baik, terutama dari segi struktur, tekstur, solum, keadaan air
tanah, aerasi dan drainase, akan tetapi sifat-sifat kimianya umumnya kurang baik
karena kandungan haranya rendah. Sedangkan tanah alluvial umumnya cukup
subur, tetapi sifat fisiknya terutama
drainase dan aerasinya kurang baik. Pembuatan saluran drainase akan menolong
memperbaiki keadaan tanah ini.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.2.1 Kurangnya
pengetahuan tentang pemeliharaan menjadikan kurang
optimalnya hasil lateks dari tanaman karet.
1.2.2 Tanaman karet akan berproduksi dengan optimal
apabila mendapatkan pemeliharaan yang baik.
1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui proses pemeliharaan tanaman
karet yang baik.
1.3.2 Untuk mengetahui masalah–masalah yang ada dalam
proses pemeliharaan tanaman karet.
1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah
:
1.4.1 Memperoleh informasi tentang pemeliharaan
tanaman karet yang belum menghasilkan
(TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM).
1.4.2 Dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan
teknologi tentang cara pemeliharaan
tanaman karet.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Klasifikasi Tanaman Karet
Menurut Setiawan dan Andoko (2005), klasifikasi
tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell
arg) adalah sebagai berikut :
Divisi :
Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Ordo :
Euphorbiales
Family :
Euphorbiaceae
Genus :
Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell arg
Tanaman karet berupa pohon yang tingginya dapat
mencapai 25 meter. Sistem perakaran padat/kompak, akar tunggangnya dapat
menghunjam tanah hingga kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat
menyebar sejauh 10 meter.
Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas
dengan percabangan dibagian atas. Di
batang inilah terkandung getah yang lebih terkenal dengan nama lateks (Setiawan
& Andoko, 2005)
2.2 Morfologi
Tanaman Karet
2.2.1
Benih
Tanaman karet diperbanyak secara generatif
(dengan biji) dan vegetatif (menggunakan klon). Benih karet menghasilkan daun
yang berturut - turut, salah satu yang lebih rendah jatuh sesuai umur mereka
dan akar utama akan bertambah panjang. Sistem percabangan tergantung pada klon
karet yang berbeda. Biasanya tanaman karet mudah roboh karena angin.
2.2.2
Batang
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh
tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 25 meter. Batang
tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi pada bagian
atas.
Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah
tumbuh tanaman agak miring ke arah timur. Batang tanaman ini mengandung getah
yang dikenal dengan nama lateks.
2.2.3
Daun
Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya
panjang dan terdiri atas 3 anak daun yang licin berkilat, tipis, berwarna
hijau, panjang 3,5 - 30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk
lonjong-oblong, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau
tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5 - 35 cm dan lebar 2,5 - 12,5 cm.
Daun karet terdiri atas tangkai utama sepanjang
3 – 20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3 – 10 cm dengan kelenjar di
ujungnya. Setiap daun karet biasanya terdiri dari tiga anak daun yang berbentuk
elips memanjang dengan ujung runcing. Daun karet ini berwarna hijau san menjadi
kuning atau merah menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman tropis, daun –
daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan
tanaman (Setiawan & Andoko, 2005)
2.2.4
Buah
Pohon karet mulai menghasilkan buah pada usia ±
4 tahun. Setiap buah terdiri atas tiga atau empat biji, yang jatuh ke tanah
ketika buah matang dan pecah. Setiap tanaman karet menghasilkan 800 biji (1,3
kg) dua kali setahun.
Buah karet dengan diameter 3 – 5 cm, terbentuk
dari penyerbukan bunga karet dan memiliki pembagian ruang yang jelas.
Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga,
kadang-kadang sampai enam ruang. Setiap ruang terbentuk setengah bola. Bila
buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya menurut ruang-ruangannya
dan setiap pecahan akan tumbuh menjadi individu baru jika jatuh ketempat yang
tepat.
2.2.5
Bunga
Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting
yang berdaun. Tiap-tiap karangan bunga bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh
pada ujung cabang, sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan
bunga. Jumlah bunga jantan jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga
berbentuk “lonceng” berwarna kuning. Ukuran bunga betina lebih besar daripada
bunga jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga tangkai putik
akan tampak. Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang
berwarna kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik dengan tepung
sari dan putik yang agak lengket.
Bunga karet terdiri atas bunga jantan dan
bunga. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima tajuk
yang sempit. Panjang tenda 4 - 8 mm. Bunga betina berambut vilt (keriting).
Ukurannya lebih besar sedikit daripada bunga jantan dan mengandung bakal buah
yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga
berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun
menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan, tersusun satu lebih
tinggi daripada yang lain. Paling ujung adalah suatu bakal buah yang tidak
tumbuh sempurna.
2.3 Syarat
Tumbuh
2.3.1 Iklim
Tanaman karet tumbuh baik di dataran rendah. Yang ideal adalah pada tinggi 0 - 200 m dari permukaan laut.
Penyebaran perkebunan karet di Indonesia terbanyak adalah hingga tinggi 400 m
dari permukaan laut. Tanaman karet tumbuh baik di daerah yang mempunyai curah
hujan 2000 - 4000 mm per tahun. Tanaman karet dapat tumbuh pada suhu diantara
25° hingga 35° C. Suhu terbaik adalah rata-rata 28° C.
Kelembaban
nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar diantara
75 - 90 %. Angin yang bertiup kencang dapat mengakibatkan patah batang, cabang
atau tumbang. Lama penyinaran dan intensitas cahaya matahari sangat menentukan
produktivitas tanaman. Di daerah yang kurang hujan yang menjadi faktor pembatas
adalah kurangnya air, sebaliknya di daerah yang terlalu banyak hujan, cahaya
matahari menjadi pembatas.
Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 15° Lintang Utara sampai 10° Lintang Selatan. Walaupun daerah itu panas,
namun tetap menyimpan kelembaban yang cukup. Suhu harian yang diinginkan
tanaman karet rata-rata 25° - 30° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan
sinar matahari dengan intensitas yang cukup, paling tinggi antara 5 – 7 jam.
Curah
hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2000
mm. Optimal antara 2000 – 4000 mm/tahun, yakni pada ketinggian sampai 200 m di
atas permukaan laut. Untuk pertumbuhan karet yang baik memerlukan suhu antara
25° - 35° C, dengan suhu optimal
rata-rata 28° C.
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan
tanaman karet. Angin yang kencang pada musim-musim tertentu dapat mengakibatkan
kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon - klon yang peka terhadap
angin kencang.
2.3.2 Tanah
Hasil karet yang maksimal akan di dapat
pada tanah-tanah yang subur. Selain jenis podsolik merah kuning, tanah latosol
dan alluvial juga bisa dikembangkan untuk penanaman karet.
Karet menyukai tanah yang mudah ditembus
air. Tanah yang derajat keasamannya mendekati normal cocok untuk ditanami
karet. Derajat keasaman yang paling cocok adalah 5 - 6. Batas toleransi pH
tanah bagi tanaman karet adalah 4 – 8.
Tanaman karet bukanlah tanaman manja,
dapat tumbuh pada tanah-tanah yang mempunyai sifat fisik baik, atau sifat
fisiknya dapat diperbaiki.
Tanah yang dikehendaki adalah bersolum
dalam, jeluk lapisan dalam lebih dari 1 m, permukaan air tanah rendah, yaitu +
1 m. Sangat toleran terhadap keasaman tanah, dapat tumbuh pada pH 3,8 hingga
8,0 tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat menekan pertumbuhan.
Karet menghendaki tanah dengan kedalaman,
kegemburan dan kemampuan menahan air yang baik serta tidak memiliki lapisan
padas di sekitar lapisan top soil. Nilai pH tanah yang ideal berkisar antara 5
– 6.
2.4 Pemeliharaan Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell Arg.)
2.4.1
Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
a.
Penyulaman
Tidak semua bibit karet yang ditanam
dilahan dapat hidup. Persentase kematian bibit yang dapat ditolerir dalam
budidaya karet adalah sebesar 5%. Karenanya, diperlukan penyulaman untuk
mengganti bibit yang mati tersebut. Kegiatan penyulaman dilakukan saat tanaman
berumur 1 – 2 tahun karena saat itu sudah ada kepastian tanaman yang hidup dan
yang mati, dan menggunakan bibit stum tiggi berumur 1 – 2 tahun agar tanaman dapat seragam.
Sebelum penyulaman dilakukan perlu
diketahui penyebab kematian bibit. Jika disebabkan oleh bakteri atau jamur,
tanah harus diberi fungisida. Pelaksanaan penyulaman dilaksanakan pagi hari
pukul 06.00 – 09.00 atau sore hari pukul 15.00 – 17.00, saat cuaca tidak
terlalu panas agar mengurangi resiko kematian.
b.
Penyiangan
Penyiangan dalam budidaya karet
bertujuan membebaskan tanaman karet dari gangguan gulma yang tumbuh di lahan. Oleh karena itu, kegiatan pnyiangan sebenarnya bisa
dilakukan setiap saat, yaitu ketika pertumbuhan gulma sudah mulai mengganggu
perkembangan tanaman karet. Pada umumnya penyiangan dilakukan 3 kali dalam
setahun untuk menghemat tenaga dan biaya (Setiawan dan Andoko, 2005).
Ada dua cara penyiangan, yaitu dengan
cara manual dan kimiawi.
Secara manual adalah menggunakan alat penyiangan, seperti cangkul atau parang.
Sedangkan cara kimiawi dengan menyemprotkan herbisida atau bahan kimia
pemberantas gulma,
gunakan herbisida yang sesuai dengan jenis gulma yang akan dikendalikan agar
hasilnya efektif. Disamping itu, harus diperhatikan dosis dan frekuensi
penyemprotan agar tidak terjadi pemborosan.
c.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk memacu
pertumbuhan tanaman muda dan mempercepat matang sadap, sehingga panen sadap
dapat dilakukan secepatnya, kegiatan pemupukan dilakukan dengan dua cara, yaitu
manual circle dan chemical strip weeding.
Pada cara pertama atau manual circle, lubang dibuat melingkari
tanaman dengan jarak disesuaikan dengan umur tanaman. Hal ini disebabkan karena perakaran tanaman semakin berambah luas seiring bertambahnya umurnya. Untuk
tanaman berumur 3 – 5 bulan, lubang melingkari tanaman dengan jarak 20 – 30 cm,
6 – 10 bulan dengan jarak 20 – 45 cm, 11 – 20 bulan dengan jarak 40 – 60 cm,
dan lebih dari 48 bulan dengan jarak 50 – 120 cm. lubang dibuat dengan
kedalaman 5 – 10, kemudian pupuk ditaburkan ke dalamnya dan ditutup dengan
tanah.
Pada cara kedua atau chemical strip weeding, pupuk diletakkan
pada jarak 1 – 1,5 meter dari barisan tanaman. Caranya sama, yaitu tanah digali
sedalam 5 – 10 cm, kemudian pupuk dimasukkan ke dalamnya dan ditutup dengan
tanah.
Pemupukan tanaman karet sebaiknya
tidak dilakukan pada pertengahan musim hujan, karena pupuk mudah tercuci air
hujan. Idealnya, pemupukan dilakukan pada pergantian musim hujan ke musim
kemarau. Sementara itu, jenis pupuk yang digunakan tergantung pada jenis
tanahnya.
d.
Seleksi
dan Penjarangan
Idealnya dalam suatu areal perkebunan
karet terdiri atas tanaman yang seluruhnya dalam keadaan sehat dan baik,
terutama menjelang penyadapan. Oleh karena itu, tanaman yang sakit harus
ditebang dan dibongkar sampai akar – akarnya agar penyakit tersebut tidak
menyebar ke tanaman yang sehat.
Dengan asumsi yang hidup 95%, maka
dari 476 benih yang
ditanam dalam satu hektar akan terdapat 452 pohon menjelang penyadapan. Jika
dari 452 pohon tersebut 5% diantaranya sakit, akan tersisa 425 tanaman sehat,
dari 425 tanaman sehat akan dapat disadap 400 pohon.
e.
Pemeliharaan
Tanaman Penutup Tanah
Fungsi tanaman penutup
tanah adalah untuk menahan erosi, dan mempercepat matang
sadap, tanaman penutup tanah harus dipelihara
dengan pemupukan dan pemangkasan, pupuk yang digunakan sebaiknya kompos yang
telah matang dengan dosis 4 – 5 ton/hektar. Cara pemberiannya dengan ditaburkan
ke sela – sela tanaman.
Jika pertumbuhan tanaman penutup tanah
terlalu pesat perlu dikendalikan dengan cara pemangkasan. Alat yang dipakai
untuk pemangkasan cukup parang atau sabit.
2.4.2
Pemeliharaan Tanaman Masa Produksi (TM)
Setelah
menginjak umur lima tahun atau mulai disadap, tanaman karet sering disebut
dengan komposisi II. Pemeliharaan tanaman selama masa produksi dimaksudkan agar
kondisi tanaman dalam keadaan baik, produksi tetap, bahkan meningkat sesuai
dengan umur tanaman, dan masa produktifnya semakin panjang. Tanpa perawatan
yang baik, kondisi tanaman mungkin akan semakin memburuk, produktivitasnya
menurun, dan masa produktifnya singkat. Pemeliharaan tanaman pada masa produksi
ini hanya meliputi penyiangan,
pemupukan dan peremajaan.
a. Penyiangan
Penyiangan lahan karet pada masa
produksi bertujuan sama dengan penyiangan pada masa sebelum produksi, yaitu
mengendalikan perumbuhan gulma agar
tidak mengganggu tanaman utama. Penyiangan biasa dilakukan secara manual,
kimiawi, atau gabungan dari keduanya.
Cara manual atau mekanis adalah
pemberantasan gulma menggunakan peralatan, seperti cangkul parang atau sabit.
Pemberantasan gulma secara manual hanya memungkinkan jika areal perkebunan
karet tidak terlalu luas.
Jika areal karet sangat luas
pemberantasan gulma yang paling efektif adalah secara kimiawi menggunakan
herbisida atau bahan kimia pemberantas gulma, baik kontak maupun sistemik.
Herbisida kontak memberantas gulma dengan cara kontak langsung dengan gulmanya.
Sedangkan herbisida sistemik memberantas gulma dengan cara zat aktifnya
terserap ke dalam gulma. Penggunaan herbisida harus bijaksana, artinya, harus
sesuai dengan dosis dan frekuensi yang telah ditetapkan.
b. Pemupukan
Dalam budidaya karet, pemupukan
dilakukan sejak tanam sampai tanaman tidak berproduksi lagi. Tanpa pemupukan
produksi karet tidak akan maksimal. Jika pada masa sebelum disadap semua
tanaman karet harus dipupuk, pada masa setelah sadap pemupukan harus dilakukan
secara selektif, artinya hanya tanaman yang produksi lateksnya bagus saja yang
dipupuk. Langkah ini untuk menghindari pemborosan.
Cara pemupukan tanaman karet sama
dengan masa sebelum produksi, yaitu pupuk dimasukkan kedalam lubang yang digali
melingkar dengan jarak 1 – 1,5 meter dari pohon. Dapat juga pupuk dimasukkan ke
dalam alur berbentuk garis dengan jarak 1,5 meter dari pohon. Sebelum pemupukan
dilakukan pastikan tanah sudah bebas dari gulma.
Jika pada sebelum produksi dilakukan
pemupukan sekali dalam setahun, sedangkan pemupukan tanaman karet pada masa
produksi dilakukan dua kali dalam satu tahun, yaitu pada pergantian musim.
Dosis pupuk disesuaikan dengan jenis tanah tempat karet dibudidayakan.
Penggunaan pupuk tunggal memberikan
kesan tidak praktis karena harus mencampurkan
paling tidak tiga jenis pupuk. Sekarang di pasaran banyak pupuk majemuk
lengkap yang lebih praktis.
c. Peremajaan
Setelah bertahun – tahun disadap
lateksnya, tanaman karet akan memasuki fase menua yang ditandai dengan
menurunnya produksi lateks. Bila terus dipelihara dan disadap hasil lateks yang
diperoleh tidak akan menguntungkan secara ekonomi, sehingga perlu dilakukan
peremajaan. Kegiatan peremajaan karet dimulai dengan pembongkaran pohon – pohon
tua.
2.4.3
Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Penting pada
Tanaman Karet Beserta Pengendaliannya
Sebagaimana halnya tanaman perkebunan
lainnya, tanaman karet tak luput dari hama dan penyakit. Gangguan hama dan
penyaki ini harus ditangani dengan baik agar tanaman tumbuh subur dan
produktivitasnya optimal.
Hama
yang menyerang tanaman karet pada fase penanaman hingga produksi diantaranya:
a. Rayap
Rayap
yang menjadi hama tanaman karet, terutama spesies Microtermes inspiratus
dan Captotermes curvignathus. Rayap
tersebut menggerogoti bibit karet yang baru ditanam di lahan, dari ujung stum
sampai perakaran, sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat berat.
1)
Cara
pengendaliannya dapat dengan
kultur teknis, mekanis dan kimiawi. Secara kultur teknis ujung stum sampai
sedikit diatas mata dibungkus plastik
agar rayap tidak memakannya.
2)
Secara
mekanis dengan menancapkan umpan berupa 2 – 3 batang singkong dengan jarak 20 –
30 cm dari bibit, sehingga rayap lebih suka memakan umpan tersebut daripada
karet.
3)
Secara
kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida
pembasmi rayap
b. Kutu
Kutu
tanaman yang menjadi hama bagi tanaman karet adalah Saissetia nigru,
Laccifer greeni chamberlis,
Laccifer virgata, Ferrisiana virgata dan Planococcus citri yang masing- masing
memiliki ciri yang berbeda.
Jika
intensitas serangan kutu belum begitu parah pengendalian bisa dilakukan secara
mekanis, yakni mengambil kutu – kutu tersebut menggunakan pinset dan
membakarnya. Namun jika intensitas serangannya sudah parah , pengendaliannya secara kimiawi dilakukan dengan cara
menyemprotkan insektisida khusus seperti pada seissetia nigru pemberantasannya
menggunakan Albolineum (2%), Laccifer greeni chamberlis pemberantasan menggunakan
kimiawi (Anthio 3 EC=0,15%+Surfaktan Citrowett=0,025%, Albolineum 2%, Formalin
0,5%), dan lain sebagainya.
c. Tungau
Tungau
menghisap cairan tanaman menggunakan alat penusuk yang ada dikepalanya,
akibatnya daun yang terserang berbentuk abnormal dan kerdil. Lama kelamaan daun
itu menguning dan akhirnya gugur.
Pengendaliannya
juga dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Secara
mekanis adalah dengan mengambil tungau dan kemudian membunuhnya. Sementara itu,
secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida yang diformulasikan khusus
untuk tungau.
d. Babi hutan
Babi
hutan (Sus verrucosus) adalah hama
bagi hampir semua tanaman perkebunan termasuk karet terutama yang ditanam dekat
hutan. Babi hutan mencari makan malam hari dengan cara mendongkel tanaman karet
yang masih muda menggunakan moncongnya, setelah pohon karet rebah babi hutan
memakan daunnya sampai tandas, bahkan mengerat kulit pohonnya.
Beberapa pengendaliannya, sebagai
berikut
1)
Menakut
– nakuti
Babi hutan sangat takut dengan bunyi – bunyian
yang bising. Karenanya pada malam hari disarankan membunyikan kentongan atau
kaleng di areal perkebunan, sehingga babi hutan merasa takut datang ke tempat
tersebut. Selain itu dengan cara menggantungkan daging babi hutan yang telah
tertangkap di areal perkebunan karet akan membuat babi hutan takut datang ketempat tersebut.
2)
Menangkap
babi hutan
Ada beberapa cara menangkapnya. Paling popular
dan sekaligus dapat menjadi
kegiatan olahraga adalah memburunya dengan menggunakan senjata api atau senjata
tajam. Selain itu dapat juga menggunakan umpan dan lubang jebakan dengan
kedalaman 1,5 meter.
3)
Meracuni
Ada dua macam racun yang digunakan untuk
meracuni babi hutan, yaitu dengan cara tradisional dan kimia. Racun tradisional
menggunakan kulit kerang halus, air perasan akar tuba, dan ubi parut. Sedangkan
racun kimia yang dapat
digunakan antara lain zinkfosfide dan insektisida temik 10 G.
Penyakit
adalah gangguan yang terus menerus pada tanaman yang disebabkan oleh patogen,
virus, bakteri dan jasad renik lain.
Beberapa
penyakit yang cukup merugikan antara lain:
a. Penyakit
Embun Tepung
Penyakit ini umumnya menyerang daun muda.
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Oidium
haveae, sehingga sering disebut penyakit oidium.. gejalanya dapat diketahui
dari berubahnya warna daun menjadi hitam, lemas, keriput, dan berlendir.
Dibagian bawah permukaan daun terdapat bercak – bercak
bundar berwarna putih seperti tepung halus yang merupakan kumpulan hifa dan
spora jamur.
Upaya
yang dilakukan untuk mengobatinya antara lain;
1)
Tidak
menanam klon – klon yang peka terhadap penyakit ini
2)
Melakukan
pengurangan daun, guna
menumbuhkan daun lebih awal, sehingga saat serangan itu datang, daun – daun sudah cukup tua.
3)
Menyemprotkan
fungisida saat 10% tanaman dikebun membentuk daun baru.
b. Penyakit
Daun Colletotrichum
Penyakit ini disebabkan oleh
cendawan Colletotrium gloeosporodies dengan
gejala berupa daun muda tampak lemas, berwarna hitam, keriput, bagian ujung
mati, menggulung, dan akhirnya berguguran.
Penyebaran
penyakit ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin dan/atau hujan. Penyebaran spora ini umumnya terjadi
pada malam hari terutama saat turun hujan.
Beberapa
pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut;
1)
Tidak
menanam klon yang peka terhadap penyakit ini.
2)
Mempercepat
pembentukan daun – daun muda dengan pemupukan intensif, dimulai dari munculnya
kuncup sampai daun menjadi hijau.
c. Penyakit
Jamur Upas.
Penyakit
jamur upas disebabkan oleh cendawan Corticium
Salmonicolor yang memiliki empat tingkat perkembangan, tahap pertama adalah
terbentuknya lapisan tipis berwarna putih dipermukaan kulit, selanjutnya akan
berkembang membentuk sekumpulan benang jamur, pada tahap ketiga terbentuk
lapisan kerak berwarna merah muda, tahap terakhir adalah terbentuknya lapisan
tebal berwarna merah tua.
Penyakit
jamur upas menyerang percabangan atau batang tanaman, sehingga cabang dan tajuk
mudah patah. Penyakit ini lebih banyakmenyerang tanaman muda berumur 3 – 7
tahun. Pemicunya adalah kelembaban yang tinggi.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
1)
Tidak
menanam klon – klon yang peka terhadap jamur upas.
2)
Jika
tanaman karet ditanam di daerah curah hujan tinggi sebaiknya jarak tanam dibuat
lebih renggang.
Sementara
itu, pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1)
Melumaskan
fungisida di bagian yang terserang hingga 30 cm ke atas dan bawahnya.
2)
Jika
percabangan sudah terkena serangan lanjut, kulit yang busuk harus dikupas dan
kulit batang yang tersisa dilumasi Calixin MR dengan dosis yang sesuai.
3)
Cabang –
cabang yang mati dipotong dan dibakar, bekas potongan diolesi izal 5%,
pemotongan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau saat jamur tidak aktif.
d. Penyakit
Bidang Sadapan
Ada
beberapa penyakit bidang sadapan, yaitu;
1)
Kangker
Garis
Cendawan penyebab penyakit tersebut
adalah Phytophthora palmivora.
Inveksi cendawan ini menyebabkan kerusakan berupa benjolan di bekas bidang
sadap lama, sehingga mempersulit penyadapan berikutnya.
Usaha
untuk pencegahannya adalah sebagai berikut.
·
Tidak
menanam klon yang peka terhadap penyakit ini di wilayah beriklim basah.
·
Jarak
tanam jangan terlalu rapat agar tidak menciptakan
kelembaban yang tinggi.
·
Penyadapan
jangan terlalu dalam dan tidak terlalu dekat dengan tanah.
Pengendalian
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
·
Mengoleskan
fungisida yang sesuai pada atas dan bawah alur sadap segera setelah dilakukan penyadapan atau paling baik setelah
pemungutan lateks
yang belum membeku, setelah itu ditutup dengan Secony CP 2295 A.
·
Bagian
yang terinfeksi sudah membusuk harus dikorek seperlunya untuk selanjutnya
dilumasi fungisida seperti dijelaskan di atas.
2)
Mouldy Rot
Penyebab penyakit ini adalah cendawan
Ceraticytis fimbriata dengan benang –
benang hifa yang membentuk lapisan berwarna kelabu dibagian yang terserang.
Pengendaliannya dengan mengoleskan fungisida 5 cm di atas irisan sadap, sehari setelah penyadapan
dan getah belum dilepaskan. Jika serangannya berat, pengolesan dilakukan satu
minggu sekali, namun jika serangannya ringan, pengolesan dilakukan dua kali
seminggu.
3)
Brown Blast
Penyakit ini tidak disebabkan
terinfeksi oleh mikroorganisme, tapi karena
penyadapan yang terlalu sering.
Upaya
pengendaliannya bisa dilakukan dengan;
·
Jangan
melakukan penyadapan terlalu sering, dan dianjurkan mengurangi bahan perangsang
lateks.
·
Tanaman
yang kulitnya tidak dapat disadap lagi sebaiknya tidak disadap, atau
diistirahatkan sampai sembuh.
e. Penyakit
Akar putih
Disebut
dengan penyakit akar putih karena di akar tanaman yang terserang terlihat
miselia jamur berbentuk bening berwarna putih menempel kuat dan sulit
dilepaskan akar tanaman yang terinfeksi
akan menjadi lunak, membusuk, dan berwarna coklat. Cendawan penyebab
penyakit akar putih ini adalah Rigidoporus
lignosus yang membentuk badan buah
seperti topi di akar.
Upaya pencegahannya dengan cara berikut;
1)
Membersihkan
sisa – sisa tunggul dan akar tanaman lama di areal perkebunan yang mungkin
menjadi penyebab penyakit akar putih.
2)
Menanam
tanaman penutup tanah yang tepat, terutama family kacang - kacangan.
3)
Hanya
menanam bibit karet yang bebas dari penyakit akar putih.
4)
Bila
areal penanaman merupakan bekas perkebeunan karet yang pernah terserang
penyakit ini, tanaman baru harus dilindungi dengan belerang.
Adapun pengendalian pada tanaman karet yang
sudah terkena penyakit akar putih adalah sebagai berikut
1)
Mengobati tanaman muda
yang menunjukkan gejala penyakit tersebut, dengan cara mengerok miselia jamur
yang menempel lalu diolesi ter, selanjutnya keseluruhan akar yang luka diolesi
Izal 5 persen.
2)
Membongkar
tanaman sakit yang sudah parah, ditandai dengan gugurnya daun dan membusuknya
akar tunggang. Jika akan disulam, bibit yang digunakan harus berupa stum yang
tinggi dan disekitar bibit kembali ditaburi serbuk belerang sebanyak 100 gram (Setiawan dan Andoko, 2005)
METODE
PRAKTEK KERJA
3.1
Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan
Praktek kerja lapangan ini telah
dilaksanakan di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Pekalongan, selama satu bulan mulai bulan April – Mei 2013.
3.2 Metode Praktek Kerja Lapangan
Metode yang digunakan dalam praktek kerja
lapangan ini antara lain sebagai berikut :
3.2.1
Observasi,
yaitu dengan mengadakan peninjauan ke lapangan dengan cara melihat langsung
pelaksanaan kegiatan proses pemeliharaan tanaman karet.
3.2.2
Wawancara,
yaitu dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada petugas yang bersangkutan di
lapangan.
3.2.3
Pustaka,
yaitu mempelajari atau belajar dari
berbagai literatur atau catatan yang ada di instansi yang bersangkutan maupun
dari luar sebagai pelengkap.
3.3 Kegiatan yang dilaksanakan
Dalam
praktek kerja lapangan dilaksanakan kegiatan sebagai berikut :
3.3.1
Mengikuti
dan mencatat kegiatan - kegiatan yang dilakukan di lapangan.
3.3.2
Melihat
sistem kerja proses pemeliharaan tanaman karet.
3.3.3
Melihat
dan mencatat fasilitas yang ada, macam kegiatan, bagaimana pelaksanaan
dilapangan pada proses pemeliharaan tanaman karet.
3.4 Jadwal
Kegiatan
Tabel 1.
Jadwal kegiatan praktek kerja lapangan (April - Mei 2013)
NO
|
KEGIATAN
|
MINGGU
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
1
|
Pengenalan
dan Pendahuluan.
|
||||
2
|
Pengumpulan
data dan melihat langsung di lapangan. Mencatat keadaan yang ada di Kebun tersebut.
|
||||
3
|
Kegiatan
pemeliharaan tanaman karet
|
||||
4
|
Penyusunan
data hasil praktek kerja lapangan dan pembuatan laporan.
|
3.5
Daftar Pertanyaan
3.5.1
Keadaan
umum Perkebunan Karet PTP Nusantara IX Kebun Belimbing, Kecamatan Karanganyar,
Kabupaten Pekalongan.
3.5.3 Pemeliharaan.
3.5.4 Kegiatan pemeliharaan tanaman
karet.
3.5.5 Kendala yang dihadapi pada proses pemeliharaan tanaman karet.
HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN
4.1 Keadaan
Umum
SEJARAH SINGKAT PTPN. IX
(PERSERO) KEBUN BLIMBING.
Kebun Blimbing terdiri atas :
a.
Kebun Blimbing.
b.
Kebun Warangan.
c.
Kebun Prumpang.
d.
Kebun Sidoguno.
e.
Kebun Buwaran.
f.
Kebun Kalilanang.
Tabel 2. Sejarah Singkat PTPN. IX (Persero) Kebun
Blimbing.
No.
|
Tahun
|
Uraian – Sejarah
|
1
|
1927-1945
|
Kebun Buwaran masih satu
kebun dengan Kebun Blimbing (GRO) Gouverment Rubber Onderneming Buwaran /
Blimbing Kantor Pusat di Jakarta.
|
2
|
1946-1955
|
Kebun Buwaran / Blimbing
menjadi PPN. Kantor Administratur berada di Buwaran
|
3
|
1956-1963
|
Kebun Buwaran berdiri
sendiri, dan Kebun Blimbing Bergabung dengan Kebun Subah.
|
4
|
1963-1968
|
Kebun Buwaran bergabung
dengan Prumpang, Kebun Blimbing bergabung dengan Doro. Sejak lahirnya PPN
Karet XIII, merupakan dua Pimpinan Kebun yang berdiri sendiri-sendiri.
|
5
|
1968-1972
|
Dengan PP. 14/1968
tentang pendirian PNP. XVIII dan per 1 Mei 1968 Kebun Blimbing bertambah
dengan Kebun Kalilanang (EX. PERA IV).
|
6
|
1972
|
Dengan PP. 23 Th. 1972
(LN. No. 31 Th. 1972) PNP. XVIII berubah menjadi PTP. XVIII (Persero)
|
7
|
1975-1994
|
Kebun Buwaran/Prumpang
dan Kebun Blimbing/Doro bergabung menjadi satu dengan nama Kebun Blimbing,
Berkedudukan Administratur di Blimbing. Sedang Kebun Doro bergabung dengan
Kebun Jolotigo.
|
8
|
1995
|
Kebun Blimbing bergabung
dengan Kebun Jolotigo, Berkantor Administratur di Kebun Blimbing.
|
9
|
11-3-1996
|
Melalui restrukturisasi
Perkebunan-Perkebunan Negara yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 14
Th.1996 tgl. 15 Februari 1996, Maka pengelolaan kebun Blimbing/Jolotigo semua
dibawah naungan PTP XVIII, diubah menjadi PTPN IX (Persero) yang berkedudukan
kantor direksi di Surakarta.
Anggotanya meliputi
Kebun-Kebun Ex. PTP XVIII dan Ex. PTP XV – XVI dengan Akte Notaris Harun
Kamil SH
Namun pada tahun 1997
kantor direksi dipindah ke Semarang lagi.
|
10
|
01-7-1999
|
Sesuai SK. Direksi No. :
PTPN.IX.0/SK/149/1999.Sm. tanggal 1 Juli 1999 tentang Penyempurnaan bagan
Organisasi maka per 1 Juli 1999 Kebun Jolotigo dipisahkan dari kebun
Blimbing.
|
4.1.1
Letak
Geografi, Topografi dan Iklim
Tabel 3. Tipe
iklim menurut
Schmidt-Ferguson, jenis tanah dan kesuburan PTP Nusantara IX
(Persero) Kebun Subah / Kedondong.
No
|
Afdeling
|
Type
Iklim
|
Tinggi
Tempat
|
Topografi
|
Jenis
Tanah
|
Kesuburan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Blimbing
Warangan
Prumpang
Sidoguno
Buwaran
Kalilanang
|
B
A
A
A
B B |
+ 150 m/dpl
+ 339 m/dpl
+ 418 m/dpl + 339 m/dpl
+ 300 m/dpl
+ 110 m/dpl
|
Bergelombang
Bergelombang
Bergelombang
Bergelombang
Bergelombang
Bergelombang
|
Latosol
Latosol
Latosol
Latosol
Latosol
Latosol
|
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
|
4.1.2
Luas
Areal
Luas Areal PTP Nusantara IX (Persero) Divisi
Tanaman Tahunan Kebun Blimbing / Buwaran berdasarkan
komposisi umur tanamannya seluas ± 2.198,54 Ha yang
digunakan khusus untuk tanaman karet.
4.2 Keadaan
Tanaman
Tabel 4. Luas
pertanaman karet berdasarkan komposisi umur PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing / Buwaran
No.
|
Uraian
|
Karet
|
%
|
||
Urut
|
% standart
|
Tingkat Umur (Th)
|
Luas (Ha)
|
||
1
|
TTI
|
3
|
0
|
161,02
|
7
|
2
|
TBM
|
15
|
1 -5
|
686,5
|
31
|
3
|
Remaja
|
15
|
6 -10
|
219,08
|
10
|
4
|
Taruna
|
15
|
11 - 15
|
627,9
|
29
|
5
|
Dewasa
|
15
|
16 - 20
|
290,8
|
13
|
6
|
Madya
|
15
|
21 - 25
|
100,3
|
5
|
7
|
Tua
|
15
|
26 - 30
|
112,94
|
5
|
8
|
Tua Renta
|
7
|
≥ 31
|
-
|
|
9
|
Tua Bangka
|
-
|
-
|
-
|
|
100
|
-
|
2.198,54
|
100
|
Tabel 5. Komposisi Klon Karet PTP
Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing / Buwaran
No.
|
Klon
|
TM
|
TBM
|
1
|
GT. 1
|
596,32
|
63,7
|
2
|
LCB 479
|
30,9
|
-
|
3
|
LCB 1320
|
37,54
|
-
|
4
|
PB 260
|
-
|
0,22
|
5
|
PR 228
|
59,29
|
-
|
6
|
PR 225
|
34,55
|
-
|
7
|
PR 300
|
111,18
|
-
|
8
|
PR 303
|
7,19
|
-
|
9
|
BPM.1
|
34,6
|
435
|
10
|
BPM 24
|
223,81
|
128,5
|
11
|
RRIC 100
|
9,02
|
|
12
|
RRIC 101
|
2,1O
|
0,21
|
13
|
RRIM 712
|
213,54
|
49,82
|
1.351,02
|
686,5
|
4.3 Pemeliharaan
Tanaman Karet
4.3.1
Pemeliharaan Tanaman Karet Belum Menghasilkan TBM
a.
Penyulaman
Menyulam adalah mengganti
tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak normal dengan bibit yang baru.
Untuk mengatasi kemungkinan tersebut, bibit yang akan ditanam hendaknya
diperiksa dengan sebaik-baiknya sampai umur mencapai tiga tahun.
Kematian dalam penaman
karet batas maksimum yang bisa ditolelir adalah 5%, tanaman yang mati harus segera
disulam agar jumlah populasi tanaman tidak berkurang. Bibit yang digunakan
dalam penyulaman tergantung pada umur tanaman yang perlu disulam. Bibit sulaman
pada umur 0 – 1 tahun setelah tanam dapat menggunakan bibit polybag. Sedangkan
untuk yang berumur 2 – 3 tahun dapat menggunakan bibit stum tinggi yang umurnya
sama dengan tanaman yang akan disulam.
Sebelum penyulaman dilakukan perlu diketahui
penyebab kematian bibit. Jika disebabkan oleh bakteri atau jamur, tanah harus
diberi fungisida. Pelaksanaan penyulaman dailaksanakan
pagi hari pukul 06.00 – 09.00 atau sore hari pukul 15.00 – 17.00, saat cuaca
tidak terlalu panas agar mengurangi resiko kematian
b.
Penunasan/wiwil.
Untuk memperoleh tanaman yang baik dengan batang yang
lurus dan mulus maka dilakukan penunasan atau wiwil. Tanaman yang berumur 1
sampai 2 tahun umumnya keluar tunas yang tidak baik dan tidak diinginkan.
Tunas-tunas yang perlu diwiwil sampai dengan ketinggian tertentu (2,50 m – 2,75
m). Dalam pelaksanaan wiwilan sebaiknya dengan menggunakan pisau yang tajam dan
diiriskan sampai kepangkal tunas. Rotasi wiwilan dilakukan 7 – 10 hari sekali
terutama pada tahun tanam pertama. Pelaksanaan wiwilan tidak boleh sampai
terlambat, karena akan mempengaruhi pertumbuhan.
c.
Perangsangan
Percabangan.
Cepat atau tidaknya
tanaman karet dalam membentuk percabangan tergantung dari jenis klon. Secara
alami tanaman karet akan membentuk percabangan pada ketinggian 4 – 5 meter dari
pertautan okulasi. Tanaman karet yang ada pada afdeling Buwaran mampu membentuk
percabangan lebih awal mempunyai permukaan daun. Beberapa cara perangsangan
percabangan yang dilakukan pada afdeling Buwaran antara lain ;
1.
Cara Voolding
(penyanggulan)
Cara penyanggulan ini bisa
dilakukan dengan dua cara:
a.
Melipat daun dari payung
teratas sehingga menutupi tunas pucuk atau titik tumbuh.
b.
Menutupi tunas pucuk
dengan tiga helai daun atau lebih, lalu didekatkan dengan karet gelang. Setelah
empat minggu karet gelang tersebut dilepas. Pada sistem ini membentuk
percabangan yang lebih kuat terhadap angin dari pada yang dipotong. Namun cara
ini jarang dilaksanakan karena kurang praktis dan ekonomis.
2.
Cara Pengeratan
Pengeratan dilakukan
dengan cara mengerat batang tanaman dengan alat berbentuk V, sehinga
translokasi asimilat dari atas ke bawah terhambat. Cara pengeratan lebih
berhasil dilakukan pada jaringan tanaman yang berwarna coklat dengan kedalaman
keratin antara 2,1 mm – 2,5 mm. Pengaruh dari cara ini ialah dapat terjadi
penunasan daun sebelum waktunya
3.
Cara pemotongan pucuk
Cara pemotongan pucuk ini
yang paling sering dilaksanakan di afdeling Buwaran, karena termasuk cara atau
pelaksanaan yang mudah dan praktis. Meskipun dengan cara ini tanaman akan
mengalami stres, namun setelah masa stres terlampaui pertumbuhan tanaman
menjadi lebih cepat. Cara pemotongan ini adalah sebagai berikut;
a.
Memotong pucuk diatas
payung terakhir dengan menyisakan 3 – 5 mata dari ketinggian yang dikehendaki
antara 2,5 m – 2,75 m, dengan cara menggunakan pisau/sabit yang tajam dan
diberi tangkai.
b.
Jangan memotong pada
pertengahan payung atupun pertengahan antar payung.
d.
Pembuatan dan Pemeliharaan
Teras, Gondang gandung dan Rorak.
Pada pemeliharaan teras ditunjukkan pada teras
yang rusak atau longsor, untuk memudahkan penyadapan nantinya teras indifidu
secara betahap dibuat
bersambung dengan tetap memperhatikan kemiringan tanah dan yang perlu
mendapatkan perhatian adalah jangan sampai akar menyembul ke permukaan tanah.
Pembuatan gondang-gandung
pertama kali saat tanaman sudah berumur 1 tahun setelah tanam, 30 cm dari pohon,
karena merupakan bibir lubang saat tanam. Pembuatan godang-gandung ini
berfungsi untuk menampung pupuk organik, memekarkan akar dan mengemburkan tanah
sehingga tanaman karet dapat tumbuh dengan baik. Ukuran gondang-gandung adalah panjang 1 meter, lebar 0,4
meter, dan kedalaman 0,6 meter.
Pembuatan dan pemeliharaan rorak dibuat
diantara barisan tanaman pokok tegak lurus dengan kemiringan tanah yang
berfungsi untuk menampung aliran permukaan yang mengangkut air dan tanah. Dengan ukuran lebar 50 – 60 cm, kedalaman 60 cm dan panjang 200 cm
e.
Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tumbuhan
yang kehadirannya tidak dikehendaki karena akan menyaingi tanaman pokok dalam
memperoleh unsur hara, udara dan cahaya matahari. Sebagai tanaman inang hama
penyakit, dapat menciptakan lingkungan yang lembab sehingga cocok untuk
berkembang biaknya hama dan penyakit. Gulma yang ada pada afdeling Buwaran
adalah tanaman alang-alang (Imperata cylindrica L.), sembung rambat (Micania
micranta), rumput paitan (Paspalum konjugatum Berg), kriyuh (Chromolaena
odorata), dan lain sebagainya. Pengendalian gulma ini dapat dilakukan
dengan:
1.
Cara manual, yaitu dengan
menggunakan tenaga manusia, dalam hal ini dibagi lagi menjadi dua berdasarkan
alat yang dipakai, yaitu dengan teknis (sabit) dan mekanis (mesin pemotong).
Biasanya digunakan pada tanaman belum menghasilkan, karena pada masa itu gulma
tumbuh dengan baik.
2.
Cara Kimiawi, yaitu dengan
menggunakan obat-obatan bahan kimia. Biasanya digunakan pada tanaman
menghasilkan, karena pertumbuhan gulma sudah tidak terlalu pesat. Pada Afdeling
Buwaran biasanya menggunakan 2 jenis alat sprayer, yaitu
-
Sprayer Pakabag, dengan
takaran posat 70 cc, tuformin 25 cc, dan air 15 liter, lama penyemprotan ± 20
menit.
-
Sprayer Mikron, dengan
takaran posat 200 cc, tuformin 50 cc, dan air 5 liter, lama penyemprotan ± 45
menit.
Namun yang paling dianjurkan untuk digunakan yaitu dengan
sprayer Mikron, karena lebih efisien dalam penggunaan air.
3.
Cara biologis, yaitu
dengan menggunakan tanaman penutup tanah, di kebun kebun Blimbing menggunakan
tanaman mukuna (mucuna bracteata) untuk menutupi tanah, sehingga gulma tidak
dapat tumbuh, namun dalam penggunaan sistem ini harus dilakukan pengendalian,
agar tanaman makuna tidak merambat pada tanaman karet.
4.
Cara terpadu, yaitu
penggabungan dari ketiga cara tersebut.
f.
Persiapan pemupukan
Dilaksanakan menjelang pemupukan, yaitu
membersihkan jalur tanaman untuk persiapan pemupukan dengan tujuan agar pupuk
yang diberi kepada tanaman tidak terjadi persaingan dengan gulma yang bisa kita
laksanakan dengan cara kimiawi dengan menggunakan pakabag sprayer atau micron
herbi atau secara manual agar pada saat pemupukan, areal dalam kondisi bersih.
Untuk itu pembersihan jalur harus diatur menyesuaikan waktu pemupukan.
g.
Pemupukan
Berdasarkan cara
pembuatannya pupuk dibedakan menjadi dua, yaitu;
-
Pupuk buatan (An Organik)
Contoh : Urea, TSP, KCL,
Rock Phosphate.
-
Pupuk Alam (Organik)
Contoh : Pupuk Kandang,
Kompos, Pupuk Hijau, dll
Cara pemberian pupuk :
-
Disebar (broadcasting)
Cara ini biasanya
dilakukan dengan pupuk dasar pada lahan persemaian dan pada lubang tanam.
-
Cara dibenam (placement)
Cara ini bisa dilakukan
pada lahan persemaian, TBM maupun TM.
-
Cara lewat daun
Cara ini biasa dilakukan
dipersemaian, diareal lapangan maupun dalam polybag dengan menggunakan Bayfolan
konsentrasi 2 – 5 cc/liter, interval 2 bulan sekali, bergantian dengan pupuk
lewat tanah. Alat yang digunakan untuk
menyemprot adalah pakabag/tangki guling.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemupukan :
-
Tepat waktu.
Pupuk diberikan pada saat
tanaman membutuhkan dan saat perkembangan. Waktu pemupukan akhir musim
penghujan Januari – April dan awal musim penghujan September – Desember,
apabula hujan sudah mencapai 100 mm.
-
Tepat dosis
Pemberian dosis pada
tanaman sesuai dengan kebutuhan yang telah direkomendasikan oleh balit.
-
Tepat sasaran.
Lokasi pemberian pupuk,
pada tanaman belum menghasilkan diberikan pada lingkaran dengan cara membenam
disekitar pohon untuk memperbaiki struktur tanah perlu diberikan ekstra pupuk
kandang.
h. Pengukuran
Lilit Batang
Pengukuran lilit batang pada TBM dimaksudkan
untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada TBM I sampai dengan TBM III yang dilakukan pada
triwulan dengan maksud agar bisa diketahui lebih dini apabila perkembangan
lilit batangnya terlambat. Adapun cara pengukuran lilit batang sebagai berikut
:
-
Pada TBM I dan II
dilakukan dengan pengukuran secara sampling, dengan diagonal pq.
-
Pada TBM III dan
seterusnya dilakukan dengan pengukuran secara individual.
-
Data lilit batang
disajikan dalam bentuk rerata dan standar nilai deviasi.
Sebelum dilakukan
pengukuran lilit batang langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain:
-
Menentukan blok yang akan
diukur.
-
Menentukan jalur larikan
pohon.
-
Menentukan pohon contoh
pengukuran ilit batang dengan syarat pohon tersebut harus benar-benar bisa
mewakili daerah sekitarnya.
-
Selanjutnya pohon tersebut
merupakan pohon yang permanen yang harus diukir lilit batangnya.
-
Apabila pohon contoh mati
maka tidak perlu digantikan dengan pohon disekitarnya.
-
Pengukuran lilit batang
dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan ketinggian 100 cm dari permukaan tanah.
Untuk pengukuran homogenitas dengan heterogenitas digunakan nilai simpangan
baku (standar deviasi) sebagai tolak ukur.
Tabel 6. Standart
perkembangan lilit batang pada tiap TBM
TBM
|
Standar Lilit
Batang
|
I
|
8
|
II
|
18
|
III
|
30
|
IV
|
40
|
V
|
48
|
4.3.2 Pemeliharaan Tanaman
Menghasilkan (TM)
a.
Pemeliharaan jalan dan jembatan
Pemeliharaan jalan utama,
jalan produksi dan jembatan sangat diperlukan dan sangat diperhatikan agar
tidak mengganggu dan memperlancar pengangkutan hasil lateks oleh truk
pengangkut tateks serta umtuk mempermudah pengontrolan.
b.
Pemeliharaan saluran air, teras, dan rorak.
Guna mecegah kemunduran
kesuburan tanah akibat erosi, disamping untuk pemberian pupuk, perlu
pemeliharaan saluran air, teras dan rorak secara berkala.
Ukuran rorak : Lebar :
50 – 60 cm
Dalam :
60 – 80 cm
Panjamg : melihat kebutuhan pembuatan rorak
Pembuatan rorak berlawanan
dengan kemiringan tanah dan terletak diantara jalur tanaman karet. Letak rorak
antara 1 dengan yang lainnya dibuat menyilang.
c.
Pengendalian gulma
Pengendalian pada Tanaman
Menghasilkan prinsipnya sama dengan Tanaman Belum Menghasilkan. Perbedaannya
hanya percepatan pertumbuhan gulma pada TM tidak secepat pada TBM. Hal tersebut
disebabkan karena TM telah ternaungi oleh tanaman pokok, sehingga pertumbuhan
gulma tehambat.
d.
Penjarangan Pohon
Pedoman pelaksanaan penjarangan
1. Penjarangan tidak
menimbulkan areal terbuka dalam satu blok (hiaten)
2. Penjarangan hanya dilakukan terhadap pohon yang tetap
kerdil, pohon yang terserang KAS total, dan pohon yang rusak karena serangan
angin/tumbang.
3. Penjarangan dilakukan secara bertahap dan tetap menjaga
jumlah pohon pertahun tanam, per Ha pohon yang disadap berkomposisi
a.
Remaja (
6-10 th) : 500-550 pohon
b.
Taruna (11-15 th) :
450-500 pohon
c.
Dewasa (16-23 th) : 350-400 pohon
d.
Madya (24-25 th) :
300-350 pohon
4.3.3 Pengendalian Hama dan
Penyakit
a.
Hama Tanaman Karet
Tabel 7. Daftar hama tanaman karet pada PTP Nusantara IX
Persero Kebun Blimbing Afdeling Buwaran.
No.
|
Jenis Hama
|
Penyerangan
|
Gejala
|
Pemberantasan
|
1
|
Ulat Tanah
|
Menyerang TBM I
|
Tanaman menjadi layu, berwarna kuning bahkan mati.
|
Dilakukan secara kimiawi dengan penyemprotan Furadan 3
G
|
2
|
Rayap
|
Menyerang TBM
|
Tanaman akan layu dan batang terlihar lapuk.
|
Ditabur Basudin 10 G dengan dosis 10-50 g/pohon.
|
3
|
Belalang
|
Menyerang tanaman muda dengan memakan daun terutama pada
musim kemarau
|
_
|
Pemberantasan menggunakan Dictophos dan Methonyl
|
4
|
Kutu Lak (Laccifer greeni Chamberlis)
|
Menghisap cairan jaringan tanaman karet sehingga
ranting lemah mengugurkan daun, menghambat fotosintesis
|
Daun menggugurkan diri dari batang atau ranting.
|
menggunakan insektisida Albocinium 2% dan formalin
0,15% ditambah Surfaktan Cicroet 0,025%
|
b.
Penyakit Tanaman Karet
Beberapa penyakit penting
pada tanaman karet dapat digolongkan menjadi penyakit akar, penyakit
cabang/batang, penyakit bidang sadap dan penyakit daun.
Pemberantasan hama dan
penyakit merupakan baguan yang penting dari rangkaian usaha pemeliharaan
tanaman karet, keteledoran dari penanganan hama dan penyakit dapat menyebabkan
kerugian yang besar yaitu terhambatnya pertumbuhan tanaman muda, turunnya
produksi dan bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman.
1.
Embun
Tepung (Powdery mildew, meeldauw)
a.
Penyebabnya adalah
cendawan Oidium heveae.
Penyakit ini menyebabkan kerusakan pada daun-daun baru
yang tumbuh stelah mengalami perangsangan (gugur daun) pada musim kemarau dan
juga karangan-karangan bunga karet, apabila ada kabut basah atau embun yang
membasahi bagian tanaman tersebut. Serangan penyakit ini dapat menurunkan hasil
lateks.
b.
Faktor yang mempengaruhi
§
Ketinggian di atas permukaan
laut, makin tinggi letak kebun, kepekaan pohon terhadap penyakit ini makin
bertambah.
§
Kondisi lingkungan, yatu
cahaya, suhu, kelembaban nisbi, angin dan lain-lain.
§
Sifat peranggasan
masing-masing klon:
-
Klon yang meranggas awal,
biasanya tidak begitu berat mengalami serangan cendawan embun tepung.
-
Klon yang meranggas tidak
teratur/tidak serentak dan berlangsung lama, dapay dijangkiti penyakit embun
tepung dalam waktu yang lama.
§
Sifat klon terhadap
penyakit embun tepung, seperti tercantum dibawah.
Tabel 8. Sifat-sifat klon yang peka dan tahan terhadap
penyakit embun tepung.
Sifat
|
Klon
|
Peka
|
PD 5, Tjir 16, AV 49, AV 352, RRIM 501, PB 5/63, RRIM
628, RRIM 701
|
Lebih tahan
|
LCB 870, PB 86, GT 1, PR 101, dan LCB 1320
|
2.
Jamur
upas
Disebabkan
oleh jamur Cortisium solmonicolor
a.
Gejala Penyakit
-
Timbul pada batang atau
cabang dan berkembang dari pangkal cabang.
-
Serangan awal adanya
benang-benang halus.
-
Jamur membentuk kerak
berwarna merah jambu.
b.
Faktor yang mempengaruhi
-
Penyakit jamur upas
dijumpai pada klon-klon yang bertajuk ringan
-
Musim penghujan
-
Kerentanan klon karet juga
mempengaruhi perkembangan penyakit
c.
Pengendalian.
Bagian yang terserang diolesi dengan Bordeaux dengan
interval 7-10 hari, jumlah aplikasi 6 kali. Pada waktu pengolesan tidak
didahului dengan pengerokan. Pengolesan dilakukan pada bagian atas dan bawah ±
30 cm. Penyembuhan dilakukan pada saat jamur menyerupai jaring laba-laba,
apabila sudah terlalu lama makan akan berwarna seperti salmon (salmonicolor) pada
stadia ini sudah tidak dapat diobati lagi.
d.
Pembuatan Bordeaux.
Bahan:
-
Kapur tohor.
-
Terusi.
-
Air.
-
Bak plastik.
cara pembuatan :
-
Siapkan setengah kilogram
terusi yang sudah dihaluskan.
-
Setengah kilogram kapur
tohor terusi dicampur dengan air secukupnya, merupakan campuran satu.
-
Kapur tohor dicampur
dengan air secukupnya merupakan, merupakan campuran kedua.
-
Sel;anjutnya campuran satu
dan campuran dua dimasukkan kedalam tempat khusus bak plastik keduanya diaduk
hingga menjadi pasta.
3.
Jamur Akar
Putih / JAP ( White root)
Disebabkan oleh cendawan Rigidoporus
lignosus. Penyakit ini merupakan salah satu gangguan terpenting bagi
tanaman karet remaja pada periode sebelum disadap. Serangan biasanya mulai
tampak pada pertanaman menjelang umur dua tahun sejak pertanaman, dan sering
terjangkit sampai umur 4-5 tahun. Makin tua tanaman umumnya makin tahan
terhadap penyakit ini.
a.
Gejala serangan
-
Tingkat permulaan.
1)
Daun-daun menjadi kusam
dan agak menggulung ke atas. Tanda-tanda khas ini bisa tampak jelas bila pengamatan
kita membelakangi matahari.
2)
Akar-akar lateral dan
sebagian akar tunggang serta leher akar masih terserang ringan. Pada perlukaan
akar baru tampak terdapat benang-benang cendawan (rhizomorfa) berwarna
putih kekuning-kuningan.
-
Tingkat kritis.
1)
Daun-daun layu dan
menguning.
2)
Benang-benang cendawan
sudah mulai menembus kulit akar yang mengakibatkan pembusukan pada kulit akar.
3)
Kadang-kadang phon masih
bisa diselamatkan dengan usaha-usaha pengobatan yang intensif
-
Tingkat lanjut
1)
Daun-daun mengering dan tetap
menggantung pada pohon, demikian pula ranting-ranting dan cabang-cabang mulai
mengering. Daun-daun kemudian berguguran dan tanaman pada akhirnya mati.
2)
Pada pohon karet yang
terserang perakarannya sudah busuk dan mati. Pohon yang demikian harus di bongkar
untuk mencegah penularan.
b.
Pengendalian dan
pemberantasan
-
Pengendalian
1)
Sewaktu melaksanakan
pembongkaran kebun tua pada saat pembukaan ulang, sisa-sisa kayu harus dibuang
dan dimusnahkan untuk menghindari sumber infeksi cendawan akar putih bagi
tanaman peremajaan.
2)
Penanaman tanaman penutup
tanah jenis leguminosae biasanya mampu menekan penlaran cendawan akar putih.
Menurut penelitian, pnanaman penutup tanah T. diversifolia atau C. caeruleum
dua tahun lebih dini dari hari penanaman karet dapat menekan serangan
penyakit akar putih.
3)
Mengontrol perakaran
pohon-pohon disekitar sumber penyakit cendawan akar putih.
-
Pemberantasan.
1)
Tanah disekitar leher
akar, akar tunggang dan sebagian akar lateral digali. Panggilan harus dilaksanakan
dengan hati-hati. Benang-benang cendawan yang tumbuh pada permukaan akar
dikerok sepanjang bagian akar yang terserang, sedangkan akar akar-akar yang
membusuk dipotong dan mengikut sertakan sebagian akar yang masih sehat. Lumasi
akar yang terserang dengan lumpur belerang atau belerang cirrus.
4.
Penyakit Kanker Garis
a.
Disebabkan oleh jamur Phitopthora
palmivora
b.
Gejala penyakit
Pada bidang sadap dekat
irisan sadapan terjadi garis-garis vertical yang berwarna hitam.
c.
Faktor yang mempengaruhi
Pergantian musim basah ke
kering, atau sebaliknya akan mempercpat perkembangan penyakit ini.
d.
Pengendalian penyakit
Bagian yang sakit yang
erkena diolesi dengan fumgisida difoltan 4 F dengan konsentrasi 2 % interval
1-2 kali per bulan.
5.
Kering Alur Sadap (KAS)
Disebabkan karena terlalu
banyak disadap / over tapping
Gejala penyakit
a.
Gejala awal yang dapat
dilihat secara visual yaitu tidak mengalirkan lateks pada alur sadap.
b.
Kulit bagian dalam
berwarna coklat.
c.
Terjadi kelainan bentuk
pada batang, benjolan-benjolan timbul pada batang karena terbentuk kambium
sekunder.
Faktor yang mempengaruhi
Penyadapan yang terlalu berat (over tapping) akan
mengakibatkan tibulnya penyakit ini.
Pengendalian penyakit
a.
Mencari batas bagian yang
terkena KAS dengan yang masih normal dengan cara menusuk kulit bidang sadap kearah
vertikal dengan jarak 5 cm.
b.
Kemudian dibuat alur
isolasi sebagai pembatas antara yang sakit KAS dengan kulit yang normal dengan
mempergunakan pisau sadap sampai kedalaman 1 mm dari kambium.
c.
Kerok bagian yang terkena
secara manual menggunakan alat pengerok dengan kedalaman 3-4 mm dari kambium.
d.
Setelah dikerok dilap
menggunakan lap steril dan kemudian disemprot menggunakan insektisida,
penyemprotan dilakukan pada hari pertama, hari ke 7 dan hari ke 14 setelah
dikerok.
e.
Pada H+1 diolesi dengan
obat noBB dengan dosis 40-50 ml/pohon/aplikasi. Aplikasi dilakukan 3 kali
-
Aplikasi pertama :
dilakukan setelah dikerok H+1.
-
Aplikasi kedua : dilakukan
satu bulan setelah aplikasi pertama
-
Aplikasi ketiga :
dilakukan satu bulan setelah dilakukan satu bulan setelah aplikasi kedua.
f.
Pada saat pengobatan noBB
kulit yang sehat dihentikan sadapannya, stelah 3 bulan baru boleh dilakukan
penyadapan pada bidang sebaliknya yang tidak mengalami kering alur sadap.
g.
Bagian yang terserang akan
sembuh kembali dan bisa disadap setelah 12 bulan dengan syarat sebagai berikut
:
-
Ketebalan kulit sudah
mencapai 7 mm.
-
Apabila
ditusukpermukaannya sudah mengeluarkan lateks.
PEMBAHASAN
Indonesia merupakan Negara dengan
perkebunan karet terluas di dunia. Tanaman karet adalah salah satu komoditi
perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas
bagi Indonesia, sehingga tanaman karet memiliki prospek yang sangat baik untuk
dikembangkan.
Sayangnya setelah kemerdekaan
produksi karet indonesia justru merosot, oleh sebab itu upaya peningkatan
produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi
budidayanya. Pemeliharaan yang umum
dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pemupukan,
perangsangan lateks dan pengendalian/pemberantasan hama
& penyakit tanaman.
Ketinggian tempat di perkebunan
PTPN IX Kebun Blimbing Afdeling Buwaran ini adalah lebih dari 300 meter dpl,
dan jenis tanahnya secara umum adalah latosol, pada kondisi ini tanaman karet
dapat memproduksi karet dengan kualitas dan kuantitas cukup baik, tentunya
dengan pemeliharaan tanaman yang baik. Secara umum pemeliharaan tanaman karet
di perkebunan PTPN IX kebun Blimbing Afdeling Buwaran sudah cukup baik, banyak
penanganan untuk setiap masalah-masalah yang dihadapi
Pemeliharaan tanaman karet belum
menghasilkan (TBM) sudah dilakukan antara lain dengan melakukan penyulaman
untuk menggantikan tanaman-tanaman yang mati agar penggunaan lahan lebih
optimal, penunasan/wiwil dilakukan agar tidak ada tunas liar dan nantinya tercipta
bidang sadap yang baik, perangsangan percabangan, pembuatan dan pemeliharaan
gondang-gandung, teras dan rorak, pengendalian gulma dengan cara mekanik dan
non mekanik, pemupukan agar mendapatkan tanaman yang baik dan nantinya dapat
menghasilkan lateks yang optimal, dan yang terakhir yaitu pengukuran lilit
batang.
Pemeliharaan tanaman karet yang
sudah menghasilkan (TM) yang telah dilakukan antara lain pemeliharaan saluran
air, gondang-gandung dan teras, pengendalian gulma dengan penyemprotan obat
kimia dan menggunakan alat babat, dan penjarangan pohon.
Penyakit-penyakit yang ditemui
pada tanaman karet di PTPN IX Kebun Blimbing Afdeling Buwaran ini adalah: embun
tepung, jamur upas, Jamur Akar Putih (JAP), Kanker Garis dan Kering Alur Sadap
(KAS). Pencegahannya dengan menanam klon yang sesuai dengan lingkungan dan
lakukan pengelolaan tanaman secara teratur.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pemeliharaan
tanaman karet di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing Afdeling Buwaran sudah
dilakukan dengan baik. Pemeliharaan karet dilakukan secara intensif dan efisien
agar tidak menimbulkan kerugian ekonomis sehingga dapat memproduksi lateks secara
optimal.
Hama
yang menyerang tanaman karet yang ditemui di Kebun Blimbing Afdeling Buwaran
antara lain ulat tanah, rayap, belalang dan kutu lak. Sedangkan penyakit-penyakit
yang ditemui antara lain penyakit Embun Tepung, Jamur upas, Jamur Akar Putih
(JAP), Kanker Garis dan Kering Alur Sadap (KAS).
Namun dengan penanganan yang
intensif dan efektif semua permasalahan dapat terselesaikan dengan baik,
sehingga produksi lateks dapat optimal, secara kualitas dan kuantitas.
6.2 Saran
Dalam upaya
pencapaian target produksi hendaknya dilakukan sebelum masa gugur daun dengan pengawasan
karet terhadap mutu sadap, waktu menyadap, penggunaan stimulasi.
Anonim. 2005. Panduan Dalam Budidaya Karet. Kebun Getas. Salatiga
Setiawan D. H. dan Andoko A. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet. PT
Agro Media Pustaka. Solo
Setyamidjaja Djoehana. 1993. Karet, Budidaya dan Pengolahan. Kanisus.
Yogyakarta
Woelan, et all. Tinjauan Pustaka Universitas Sumatera Utara. 1999. Pdf, di akses
tanggal
31 maret 2013.
PTP Nusantara IX (Persero), 2010. Profil Kebun
Blimbing, Karanganyar, Pekalongan
PTP Nusantara IX (Persero), 2000. Vademicum Budidaa
Karet, Mugas Dalam (atas), Semarang
Lampiran 1. Foto Kegiatan Praktek Kerja Lapangan